Cerita Seks: Highschool
Cerita ini dimulai ketika sekolahku sedang mengadakan acara festival. Layaknya festival biasa, pasti banyak kerumunan muda-mudi yang bersorak-sorak melihat pertunjukan. Begitu juga denganku, bersama teman-temanku sekelas, aku menikmati acaranya. Mataku terus tertuju ke panggung hiburan sampai ketika pasukan Paskibra berjalan berombongan memasuki lapangan sekolah.
Aku langsung berpaling, mataku tertuju pada seorang kakak kelas yang berada di barisan paling depan diantara mereka. Dia orangnya ganteng, putih, tinggi, pokoknya cowok idola sekolah banget deh. Hatiku langsung berdesir saat melihatnya. Aku segera bertanya pada Sari, teman sebangkuku.
“Siapa namanya, Sar?”
“Kak Taufik,” jawab Sari sambil tersenyum penuh arti, tahu kalau aku telah jatuh cinta.
Sejak itu, secara diam-diam aku menaruh perasaan terhadap kakak kelas misterius tapi ganteng yang bernama kak Taufik. Semua akun jejaring sosialnya aku add, follow, dan invite. Pokoknya semua tentang dia aku cari tahu seluk beluknya. Dan ketika tiba hari ultahnya, aku mencoba memberi hadiah, namun aku bingung. Bagaimana bisa aku memberinya hadiah sedangkan kak Taufik sendiri sama sekali tidak mengenalku.
Untunglah ada Fafa, temanku yang juga anak Paskib. Dia mencoba membantu dengan memberi tahu bahwa pulang sekolah nanti mereka ada latihan Paskibra.
“Kamu bisa menemuinya saat itu.” kata Fafa.
Akupun mengangguk, dan dengan hati deg-degan menunggu tanpa bosan untuk menyampaikan hadiahku pada kak Taufik.
Ketika latihan selesai, Fafa memanggilku.
“Taufik menunggumu di kelasnya, di lantai dua.” katanya.
Aku sangat gugup, tak tahu harus senang atau malu, atau apapun. Namun karena sudah kepalang tanggung, kubulatkan tekadku untuk menemuinya. Setelah mengucapkan terima kasih pada Fafa, kudatangi kak Taufik di kelasnya untuk memberikan hadiahku. Aku sangat nervous sekali, bagaimanapun orang yang akan kutemui ini adalah orang sudah mencuri hatiku.
Setiba di atas, kak Taufik sudah menungguku. Tepat seperti yang dikatakan Fafa, ia berdiri di depan kelas seorang diri. Kak Taufik segera menyapa saat melihat kedatanganku. “Lo Niken ya?” katanya.
“Iya, kak. Kok kakak tau?” aku bertanya dengan muka bersemu merah, merasa bangga karena ia mengetahui namaku.
“Oh, tadi si Fafa kasih tau, katanya ada yang mau kenalan dan kasih hadiah.” jawabnya ramah.
“Oh, gitu ya, kak? Ya udah, nih kak hadiahnya. Makasih udah mau nerima dan menungguku.” Segera kuberikan kado di tanganku dan langsung berlalu tanpa sempat menatapnya.
Namun dia memanggilku kembali. “Niken, tunggu dulu, mau kemana sih?”
“Ada apa, kak?” aku berbalik.
“Ini buat kamu.” Secara mengejutkan, dia memberiku undangan untuk datang ke acara ulang tahunnya. “Dateng ya, dress codenya merah ya?”
Akupun terdiam sejenak, tidak tahu harus berkata. Ini benar-benar suatu kejutan buatku. Bayangkan, orang yang kukagumi, mengundangku untuk datang ke acara ultahnya, padahal sebelumnya ia tidak mengenalku sama sekali. Suatu lompatan hubungan yang sangat besar. Begitu tercengangnya aku hingga terus diam saat melihatnya pergi. Kubiarkan kak Taufik berlalu begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun. Ah, dasar bodoh.
Setelah tersadar kembali, dengan hati berbunga-bunga, kuhampiri Fafa yang setia menunggu di depan kantin. “Fa, aku diundang ke acara ulang tahunnya nih. Tapi aku gak ada temennya dan gak tau harus menggunakan apa?!”
Fafa tersenyum. “Aku juga diundang kok. Bareng aku aja. Aku ada kok dress yang sesuai untuk kamu. Nanti kamu pulang dulu ya, setelah itu kamu ke rumah aku.”
“Oke deh, Fa. Trims ya, kalo gitu aku pulang dulu, sampai ketemu nanti.” Akupun pulang dengan perasaan yang campur aduk; antara senang, terkejut, gugup, tapi juga gembira.
Ketika sampai di rumah, tidak kujumpai satu orang pun, termasuk ibuku. Rumah sunyi dan sepi. Akhirnya dengan terpaksa aku minta izin kepada ibuku melalui telepon. “Bu, Niken nanti malem izin ke acara ulang tahun teman ya?”
“Teman mana? SMA?” tanya ibuku yang ternyata lagi bertandang ke rumah kerabat.
“Iya, bu, diundang nih.” jawabku.
“Wah, hebat kamu sudah punya teman. Ya udah, asal jangan terlalu larut ya pulangnya?” pesan ibuku.
“Iya kok, bu.” aku menyanggupi. “Nanti aku minta jemput sama Aa’ kalo udah selesai.”
“Oke deh, hati hati ya, bye.”
“Bye,”
Telepon pun kumatikan dan aku bergegas mandi. Setelah mandi, dengan hanya berbalut handuk, aku menuju kamar untuk berganti pakaian. Kulepaskan handuk yang melilit di tubuhku tanpa merasa curiga diintip atau dipergok orang lain. Aku memandangi tubuhku yang mulai tumbuh ini di depan cermin di kamarku yang lumayan besar. www.filmbokepjepang.net Kuperhatikan payudaraku mulai berbentuk; bulat dan agak besar dengan puting mungil berwarna coklat kemerahan. Bulu kemaluanku juga mulai ada sedikit, sudah terlihat agak hitam meski tidak terlalu lebat. Namun yang aku heran, kenapa bokongku ini besar sekali ya? Siapa pun pasti suka kalau disuruh untuk mengusap dan memegangnya, aku yakin itu!
Setelah selesai bercermin, aku langsung memakai baju seadanya dan bergegas pergi ke rumah Fafa. Sore itu aku hanya memaki tanktop hitam dan hotpants mini bewarna coklat serta membawa tas kecil untuk menaruh dompet dan handphone. Aku naik taksi yang sudah menjadi langganan.
Setiba di rumah Fafa, “Yah ampun, Niken, ternyata lo cantik juga ya?! Hahaha,” kata Fafa memujiku. Aku cuma tertawa menanggapinya, tawa kami terdengar begitu keras. “Ayo sini masuk, udah gue siapin dress lo nih di kamar.” ajaknya.
Akupun memasuki kamar Fafa yang luas dan rapi itu. Langsung kucoba dress warna merah pemberiannya. “Fa, apa ini gak terlalu pendek? Pahaku keliatan banget!” kataku memperhatikan bawahannya yang jauh diatas dengkul, hingga mengekspos dengan jelas belahan pahaku yang jenjang dan putih mulus.
“Enggak kok, ini kan sama aja kaya hotpants yang lo pake.” katanya sambil senyum.
“Oh, iya sih.” benar apa katanya, akupun jadi tidak merasa risih lagi. “Oke deh. Makasih, Fa.”
Kamipun berangkat dengan mobil Fafa dan tiba di rumah kak Taufik tepat saat acara mau dimulai. Kebanyakan yang hadir adalah kakak kelas yang hanya kukenal wajahnya saja, namun ada juga teman seangkatanku yang diundang. Di dalam, ternyata party itu seperti party yang biasa dilakukan di Western; minuman, musik, dan sex ada disana. Akupun menaruh kado di tempat yang disediakan, dan tak jauh dari situ kulihat pemuda tampan pujaanku menghampiriku dengan blazer abu-abunya yang disetrika rapi. Kak Taufik menyapaku ramah. “Hey, Niken. Dateng juga lo, kirain gak dateng.”
“Aku pasti dateng, Kak. Buat kakak, apa sih yang enggak?!” jawabku malu-malu.
“Haha, makasih ya. Trims juga buat kadonya. Mau diambilin minum ga?” tawarnya.
Akupun hanya menjawab mau dan menunggu sebentar. Sementara Fafa sudah tidak tahu berada dimana. Dia hilang diantara kerumunan anak yang semakin banyak saja.
“Nih minumnya,” kak Taufik memberikan segelas minuman kepadaku.
Akupun langsung meminumnya tanpa bertanya terlebih dahulu. Dan setelah kucicipi, ternyata rasanya manis getir. Raut wajahkupun langsung berubah menjadi agak aneh.
“Haha, ini wine, Niken. Masa gak tau sih?” godanya sambil tertawa.
“Tau kok, cuma gak pernah minum.” aku menjawab.
“Oh, begitu toh. Ya udah, yuk ikut kakak, sekalian kita cari Fafa dan teman-temanmu.” Dia langsung menarik tanganku ke tengah kerumunan dan membawaku ke suatu tempat khusus dimana disitu ada Fafa dan beberapa temanku.
Kami pun segera terlibat dalam obrolan yang hangat dan akrab. Di luar dugaan, kak Taufik ternyata enak diajak ngobrol. Aku suka berbincang dengannya. Kami terus berbincang dan bercanda sambil minum dan mengikuti hentakan musik. Aku pun sudah tak tahu berapa banyak wine yang kuhabiskan sampai tak sadar kalau kadang aku jadi sering mengeluarkan kata-kata vulgar.
Melihat kondisiku seperti itu, Fafa langsung menarikku keluar. Akupun mengikutinya. “Ken, lo mabuk? Aduh, bakal ribet nih gue.” kata Fafa panik.
“Enggak kok, gue nggak mabuk, cuma sedikit pusing aja.” jawabku lemas.
“Ya udah deh, ayo pulang, udah larut nih.” Fafa menarik tanganku.
“Tapi kan gue belum ngobrol banyak sama kak Taufik.” kutolak ajakannya.
“Ya udah deh, sebentar aja lagi ya?” Fafa melepaskan tanganku.
Kamipun kembali ke tempat semula dan kembali minum wine yang ada disitu. Disaat aku menjadi semakin mabuk dan lepas kendali, tiba-tiba kak Taufik mengajakku ke lantai dansa. Akupun mengikutinya dan mulai menggerakkan tubuhku seadanya, sedangkan Fafa hanya memperhatikanku sahabatnya yang sedang mabuk ini sambil geleng-geleng kepala. Tanpa kusadari, kak Taufik menarik tanganku dan membimbingku untuk naik ke lantai dua rumahnya. Aku sebenarnya ingin menolak, tapi saat dia bilang ingin mengatakan sesuatu kepadaku, akupun menyerah. Apakah dia kan menembakku?! Harapku dalam hati.
Aku yang sudah mabuk dibopongnya menuju lantai dua. Disana, aku dimasukkan ke sebuah kamar dan dibaringkan ke ranjang empuk yang luas dan besar dengan kondisi tubuh setengah sadar. Kak Taufik meninggalkanku sebentar, entah dia pergi kemana. Akupun seperti tertidur, namun tubuhku terasa panas dan gerah. Ingin sekali kubuka dressku ini, tapi untung akal sehatku masih bisa menahannya. Tak berapa lama kemudian, kak Taufik kembali masuk ke kamar dan mengunci pintunya.
“Kakak mau ngomong apa? Kok aku dibawa kesini?” ucapku setengah sadar.
Tanpa babibu, tiba-tiba kak Taufik menaiki tubuhku dan memandangi mata sayuku. Entah siapa yang memulai, bibir kami berdekatan dan dia mulai melumat bibirku. Aku yang sudah pengalaman kissing dengan mantan, tidak kaku mengimbanginya. Kutanggapi serangannya dengan memeluk leher dan melumat bibirnya begitu rakus. Kami berfrenc-kiss ria selama kurang lebih sepuluh, sebelum kak Taufik mulai menurunkan kepalanya untuk mengendus dan menciumi leherku.
“Hhhh… Kak! Jangan disitu! Achh… nanti ada… achhh! …bekasnya!” jeritku, namun kak Taufik tidak menghiraukannya.
Ia memegang tanganku dengan kedua tangannya dan melebarkannya ke samping. Dia menatapku sangat dalam untuk meyakinkan diriku bahwa malam ini aku adalah miliknya. Aku yang setengah sadar hanya pasrah atas apa yang akan terjadi. Kak Taufik mulai menciumiku lagi dan kali ini leherku yang jadi sasarannya.
“Ahhh… kak! Aachhh!” aku makin merintih.
Dia terus menciumi sambil menggigit kecil kulit leherku hingga meninggalkan bekas merah dimana-mana. Setelah puas, dan leherku sudah basah oleh air liurnya, mulutnya mulai turun ke arah gundukan payudaraku. Aku hanya bisa meremas sprei dan menggelinjang kuat ketika mulutnya menyentuh kulit payudaraku yang masih tertutup dress merah. Pelan kak Taufik meraih pundakku dan menurunkan dressku sampai perut. Terpampanglah bongkahan buah dadaku yang meski masih tertutup BH, tapi cukup kelihatan montok dan besar.
Sambil tetap menciuminya, kak Taufik mulai memegang dan meremas-remasnya dari luar BH. Ia juga berusaha untuk menyusupkan jari ke dalam cup behaku untuk menjepit dan memilin-milin putingku yang terasa mulai menegang akibat ulahnya. Setelah agak lama, dan putingku makin terasa kaku dan kenyal, akhirnya kak Taufik berusaha membuka pengait braku, ia rupanya tak sabar untuk melihat kemontokan buah dadaku secara langsung.
“Hmm, indah sekali, Niken.” Gumamnya sambil mulai menyusu kembali saat braku sudah terlempar ke lantai.
Mukanya kini terbenam diantara bongkahan payudaraku, menekan dan menggesek kuat disana, sesekali juga mencucup dan mengulum putingnya hingga membuatku kelojotan keenakan.
“Achh… Kak! Sudah, Kak!” jeritku pilu. Aku mencoba melawan birahiku ini, namun apa daya, aku dalam keadaan setengah mabuk. Lagipula, rangsangan kak Taufik juga kurasa begitu nikmat hingga membuatku makin merintih dan menggelinjang.
Setelah puas bermain dengan payudaraku, dia mulai melucuti semua pakaianku. Kemudian disusul dengan pakaiannya saat aku sudah terbaring telanjang bulat di depannya. Ada rasa malu bugil untuk pertama kalinya di depan laki-laki, tapi melihat kak Taufik yang sepertinya sangat menginginkanku, akupun jadi pasrah saja. Dia mulai mengambil posisi untuk menyetubuhiku, kak Taufik memegang kedua pahaku dan membukanya lebar-lebar. Tak berkedip ia menatap vaginaku yang masih perawan. Pasti ia bingung mencari lubangnya yang mungil.
“Niken,” desah kak Taufik sambil mulai menindih tubuhku.
Sebelumnya ia sudah meludahi ujung penisnya yang tidak begitu besar untuk memperlancar saat menerobos masuk ke dalam lubangku nanti.
Aku berjengit saat kurasakan ada benda tumpul padat menyentuh bibir vaginaku. “K-kak, jangan! Please!” pintaku setengah sadar. Namun dia tetap mencoba, kak Taufik memajukan pinggulnya dan, “Hnghhhh!!!” aku melenguh saat kepala penisnya mulai menyelinap ke dalam vaginaku.
“Tahan, Niken!” kak Taufik menariknya sedikit, lalu mencoba untuk mendorong lagi, kali ini sedikit lebih keras dan memaksa.
“Ahhhhhh!!!” aku menjerit kesakitan saat batang penisnya menusuk tajam dan terbenam hingga hampir separuhnya.
Mendengar jeritanku, kak Taufik menariknya lagi. Aku sedikit lega, kukira dia akan berhenti. Tapi rasa legaku itu langsung berubah menjadi jeritan panjang saat kak Taufik mendorongnya lagi dengan hentakan kuat yang keras dan dalam. “AAHHHHHHHH!!!” Benda panjang itu berhasil merebut keperawananku! Selaput daraku robek olehnya, saat penis itu membelah dan mengisi relung vaginaku hingga mentok sampai ke dasar.
“Ughhh… Niken!” kak Taufik melenguh keenakan, sementara tanpa kusadari air mataku menetes keluar, mengalir pelan di pipi mulusku.
Kak Taufik segera mengusapnya dan mencium bibirku dengan penuh kemesraan.
“Kakak sayang kok sama Niken. Tenang aja, kakak nggak akan tinggalin kamu.” katanya.
Akupun hanya bisa tersenyum haru mendengarnya.
Setelah penis tersebut terdiam cukup lama, menanti dinding-dinding vaginaku agar terbiasa menerima kehadirannya, kak Taufik pun mulai menggerakkannya maju mundur. Dengan menarik-dorong pinggulnya, ia mulai menyetubuhiku.
“Nghhhhh… Kak!!” awalnya memang sangat sakit.
Tapi setelah beberapa menit berlalu, rasa sakit itu perlahan menghilang, dan digantikan dengan rasa geli dan nikmat yang amat sangat. Aku pun mulai mendesah keenakan saat penis kak Taufik bergerak semakin cepat, rupanya ia sedikit menaikkan tempo kocokannya.
“Ahhh… ahhh… ahhh… kak!” ceracau mulutku tanpa henti.
“Hmmm! Hmmpph!” kak Taufik segera menyumbatnya dengan ciumannya yang hangat dan mesra.
Kamipun saling mendesah dengan bibir saling menempel erat. Kak Taufik terus menggerakkan pinggulnya, menyetubuhiku, hingga membuat permainan menjadi semakin liar dan panas.
Tapi tak lama kemudian ia berhenti. Kukira dia sudah keluar, tapi ternyata belum. Saat aku sudah ingin bertanya, kak Taufik tiba-tiba mengangkat tubuhku dan menaruhnya di atas pangkuan. Ia melakukannya dengan penis masih berada di dalam vaginaku, menancap tajam disana.
“Oughhhh… Kak!!” tentu saja aku langsung melenguh dengan perbuatannya. Enak sekali, penisnya seperti menusuk dan mengaduk-aduk liang vaginaku.
Setelah posisi ini sudah siap, sambil melumat bibirku, ia kembali menghentakan pinggulnya kuat-kuat ke atas.
“Mppmhh… ahh… kak! Aahhhh…” akupun kembali merintih dan menggeliat.
Dengan posisi seperti ini -aku menduduki penisnya- membuatku makin terangsang dan bergairah. Tanpa sadar, aku mulai menaik turunkan tubuhku untuk mengimbangi genjotan pinggulnya.
“Ahhh… yes, baby, like this!!” ucap kak Taufik sambil meremas-remas bulatan pantatku. Ia juga menyusu di putingku, menghisapnya bergantian sambil sesekali menggigit dan menariknya dengan menggunakan gigi.
Setelah lima menit bercinta dengan posisi seperti itu, kak Taufik tiba-tiba merebahkan tubuhnya dan berbaring telentang. Sementara aku masih menindih dan menunggangi batang penisnya. Aku mengerti apa yang ia inginkan, jadi mulai kugenjot tubuh mulusku naik turun di atas pinggangnya. Kuhentak keras penisnya agar masuk semakin dalam ke lorong vaginaku.
Tapi posisi seperti itu justru membuatku merintih kesakitan. Akupun mengaduh,
“Ahhhh… kak, perih! Aku capek,”
“Sabar, nanti juga enak kok.” sahut kak Taufik sabar.
“Tapi, ahh… kak, aku… ahh… perih!” rintihku tak tahan.
“Goyangin aja terus, nanti juga enak.”
Akupun mengikuti sarannya, dan ternyata benar! Rasa sakitku perlahan menghilang, dan rasa nikmat yang tadi kurasakan perlahan kembali. Gerakanku pun menjadi semakin liar.
“Ahh… ahh… ahh… ahh…” desahku putus-putus.
“Yes, baby, faster! Faster! Shake your body! Shake your body!!” ceracau kak Taufik sambil memejamkan mata. Tangannya yang hinggap di pantatku terus meremas-remas pelan.
Disaat aku sudah mulai bisa menikmati, kak Taufik tiba-tiba bangun dan mendorongku hingga kembali ke posisi semula; aku dibawah sementara dia di atas, dengan alat kelamin kelamin kami masih tetap terpaut kuat. Dengan posisi seperti itu, aku ditumbuknya dengan keras dan cepat. “Ahh… kak, pelan-pelan! Aahh…” pintaku.
Namun kak Taufik tidak menghiraukannya, ia tetap menggenjotku dengan penuh semangat. Tanpa kusadari, kakiku melingkar dan mengikat di pinggangnya. Kukunci dia rapat-rapat hingga kurasakan kepala penisnya membentur keras dinding rahimku. “Ahhh… kak, harder! Harder!” aku meminta.
“Yes, baby. I will fuck you harder!” sahut kak Taufik, ia semakin mempercepat temponya hingga membuatku semakin tidak karuan.
“Yes, I like this! Like this! Aahh…” Kurasakan dinding vaginaku mulai berdenyut-denyut kencang, tanda akan menyembur sebentar lagi.
Begitu juga dengan penis kak Taufik, kurasakan benda itu menjadi semakin keras dan membengkak.
“Kyaaaaaaaa!!! AAHHHHHHHHH…!!!” kamipun menjerit panjang berbarengan tanda kami berdua orgasme secara bersamaan.
Kurasakan air mani kak Taufik tumpah ruah di lorong vaginaku, dan kusambut dengan semburan cairan cintaku yang tidak kalah banyak. Kami saling menatap dan saling mencium dalam diam.
“Makasih ya, Niken.” kata kak Taufik mesra.
“Iya, Kak, makasih juga udah jadi yang pertama buatku.” sahutku.
Diapun mencium keningku dan menarik tubuhnya. Kuperhatikan penisnya sudah mengkerut dan agak melemas, benda itu begitu basah dan mengkilat. Ada noda darah di sepanjang batangnya yang menghitam, noda darah keperawananku!! Tapi aku sama sekali tidak menyesal memberikannya. Setelah membersihkan diri dan berpakaian, kami pun turun bersama-sama untuk kembali ke acara pesta.
Setelah peristiwa di acara ulang tahun kak Taufik hidupku mulai banyak berubah. Aku jadi sering melakukan seks dengan kak Taufik, dimanapun dan kapanpun ketika kami saling membutuhkan. Meskipun dia belum memintaku untuk menjadi kekasihnya, namun aku rela untuk bercinta dengannya.
Hingga pada suatu hari, aku bertemu dengannya di kantin sekolah. Dia berkata sambil berbisik, “Nanti pulang sekolah bareng kakak aja ya? Ada yang mau diomongin.”
Akupun membalas dengan berbisik pula. “Yakin cuma diomongin doang, kak? Enggak dilakuin?” ledekku sambil tertawa.
“Yah itu sih liat nanti. Ya udah, pokoknya nanti kakak tunggu di depan gerbang ya,”
“Oke deh, kak.” balasku.
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku pun segera merapikan bukuku dan memasukannya ke dalam tas. Setelah semua rapi, kelas pun disiapkan untuk pulang dan akupun keluar.
“Ken, mau kemana lo? Kok buru-buru banget?” tanya teman baikku, si Fafa.
“Biasa, ada kakak senior yang nungguin.” balasku sambil senyum.
“Cie, yang mau ngedate. Ya udah deh, semoga sukses ngedatenya.”
Akupun hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Fafa menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang, kulihat honda Jazz merah milik kak Taufik terparkir dengan pintu terbuka. Dia berdiri di sebelahnya, tersenyum saat melihat kedatanganku.
“Udah lama ya, kak? Maaf ya,” aku menyapanya.
“Oh, engga kok. Gue juga baru keluar.”
“Kita mau kemana, kak?” tanyaku.
“Udah, ikut aja dulu. Gak dicariin sama bonyok kan?” dia bertanya.
“Enggak kok, kak.” jawabku.
Lalu kamipun memasuki Jazz merah tersebut dan meluncur menuju daerah Kelapa Gading. Di dalam mobil, kak Taufik mengajakku ngobrol sambil sesekali mencuri-curi pandang ke arah belahan paha dan baju seragamku. Maklum saat itu aku memakai rok diatas lutut dan baju seragam dengan dua kancing terbuka lebar, menampakkan sedikit tonjolan buah dadaku. Untuk daleman, aku hanya memakai bra dan cd warna hitam saja, itupun sangat mini hingga aku yakin kak Taufik pasti menyukainya.
Ketika sampai di basement sebuah mall, kak Taufik bilang kalo dia ingin mengajakku nonton bioskop. Aku sih ayo-ayo aja, kapan lagi coba nonton sama orang yang aku suka. www.filmbokepjepang.net Bergandengan tangan, kamipun menuju bioskop dan mengantri karcis sebentar. Kami memilih nonton film superhero. Jujur saja, aku lebih suka melihat film action daripada drama. Kamipun masuk menuju studio film begitu pintunya dibuka. Kami mendapat seat paling belakang. Suasana saat itu sangat sepi karena memang hari kerja dan sekolah. Di deret belakang, hanya ada kami berdua yang menempati.
Film pun mulai diputar. Awal-awal kami menonton dengan serius, sama sekali tidak berbicara, asyik berkonsentrasi dengan cerita film. Aku sempat heran juga, tumben kak Taufik jadi pendiam, biasanya dia langsung menyerbuku begitu ada kesempatan. Apakah filmnya memang begitu bagus hingga membuat kak Taufik sampai terpukau?
Namun ternyata dugaanku salah! Baru 10 menit film berjalan, kak Taufik sudah mulai berani memegang pahaku. Akupun hanya diam saja dan melanjutkan menonton, dia sudah biasa melakukan itu. Dari sekedar mengusap, kak Taufik melanjutkan dengan memasukkan tangan ke dalam rokku. Untuk yang satu ini, aku sedikit kaget, tapi tetap tidak menolak. Kurasakan tangannya mulai mengorek-ngorek isi di dalam rokku. Risih juga sih, namun tetap membiarkannya. Bahkan saat tangan kirinya mulai meremas-remas buah dadaku, aku juga hanya bisa memandanginya penuh nafsu.
Kak Taufik terus merangsang dua bagian sensitifku sepanjang film. Yang kanan menusuk-nusuk vaginaku, sementara yang kiri meremas dan menarik putingku. Diperlakukan seperti itu membuatku jadi tak tahan lagi. Akupun berbisik kepadanya. “Jangan disini, kak. Aku takut ketahuan.”
Kak Taufik pun berhenti melakukannya dan langsung mengajakku keluar studio. ”Kita kemana, Kak?” tanyaku sambil mengikuti langkahnya. Ternyata dia mengajakku ke kamar mandi cewek, kami masuk ke salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam.
“Kak, kok malah disini? Nanti ketahuan gimana?” tanyaku bimbang.
Tidak menjawab, kak Taufik malah langsung mencium bibir dan memeluk tubuhku. Akupun langsung terdiam, kuikuti saja kemauannya. Kami sudah sama-sama terangsang dan bergairah. Dengan cepat kami saling mengikat lidah, bertukar bibir dan air liur dengan sepenuh hasrat dan gairah. Kak Taufik membuka kancing seragamku dengan cepat dan melepaskan kait bra hitamku. Dia menarik keluar payudaraku dengan tetap membiarkan baju seragamku menempel di badan. Kini benda bulat di dadaku itu sudah tanpa penutup apapun, terlihat begitu mengkal dan menggiurkan. Putingnya yang mungil kemerahan tampak begitu indah dan menggoda. Kak Taufik langsung meremas-remasnya sambil menciumi leherku dengan ganas. Aku hanya bisa meremas rambutnya dan mendesah dengan pelan karena takut ketahuan.
“Ahhh… kak, geli! Sshhh…” rintihku saat lidahnya memutar di atas putingku. Dia melumatnya dengan rakus, meninggalkan beberapa bekas cupang disana, juga di leherku.
“Mphhhh… mpphhh…” aku mendesah kegelian, agak sedikit lebih keras, namun kak Taufik segera menutup mulutku menggunakan tangannya. Dia tidak ingin ada yang mendengar persetubuhan kami.
Dipilinnya terus putingku menggunakan lidahnya secara bergantian. Kanan-kiri, kanan-kiri, terus menerus, sebelum kak Taufik tiba tiba menyuruhku untuk duduk di closet. Aku mengerti apa yang dia inginkan, dengan sigap akupun membuka celana abu-abu yang ia kenakan dan mengeluarkan isinya yang sudah menegang dahsyat. Walaupun sudah sering melihatnya, aku agak kaget juga melihat ukurannya yang dari hari ke hari kurasa semakin besar saja.
Dengan mesra, kuelus-elus batang tersebut perlahan. Ingin aku melakukannya lebih lama saat tanpa kusangka tiba-tiba kak Taufik menjambak rambutku dan memaksaku untuk memasukkan penis itu ke dalam mulut. Aku memang kaget namun cepat bereaksi. Dengan sigap segera kubuka mulutku dan membiarkan kemaluan kak Taufik meluncur masuk ke dalam.
“Mpphh… mphhh…” aku melenguh merasakan penis tersebut memenuhi rongga mulutku. Rupanya kak Taufik sedang buru-buru hari ini. Atau dia sudah begitu terangsang melihat tubuhku?
Dia memegang kepalaku dan menyodomi mulutku dengan penisnya. Aku hanya bisa diam saja dan mengikuti kemauannya.
“Hmmm… yeah, like it, honey. I will fuck your mouth!!” dia melakukannya dengan brutal sampai kadang aku merasa sesak dan sulit untuk sekedar bernapas.
Melihat mukaku sudah mulai memerah, akhirnya kak Taufik mengeluarkan penisnya untuk membiarkanku bernafas sebentar. Namun sekali lagi, secara tiba-tiba, sebelum aku sempat menarik udara, dia sudah memasukannya lagi ke dalam mulutku, bahkan kali ini sangat dalam dan keras hingga mentok sampai ke ujung kerongkonganku. Kak Taufik menahan kepalaku agar penisnya tidak sampai terlepas. Aku hanya bisa melenguh sambil mencoba untuk tetap bernafas. “Hmmmpp… hmmmph…”
“Ahh… enak sekali, Niken!!” desahnya. Dia lalu melepaskan cekalan kepalaku.
Segera kumuntahkan penisnya dan akupun langsung terbatuk-batuk lega. “Uhuk-uhuk… kok kasar banget sih, kak?” tanyaku keheranan.
“Abisnya kamu nafsuin banget sih hari ini,” jawab kak Taufik. Dia lalu jongkok di depan pahaku dan melepaskan celana dalam yang aku pakai, namun hanya sampai lutut, sedangkan rokku masih utuh di tempat semula.
Dengan kaki terbuka lebar, akupun sedikit tersengat ketika bibir vaginaku disentuh oleh jari-jari tangannya. Dibukanya lipatan bibir luar vaginaku dan dimasukannya dua jari ke dalamnya. “Ahhhh… hhhh…” desahku pelan.
Aku kira kak Taufik cuma akan mem’fingering’ vaginaku, tapi ternyata kepalanya menunduk tak lama kemudian dan langsung masuk ke dalam rokku. Kurasakan ada daging lunak menyentuh pangkal pahaku, lidahnya. Ohh, hal ini akan lebih menyiksaku saat kurasakan kak Taufik membuka lagi lipatan vaginaku dan mengeluarkan klitorisku dengan jari telunjuknya.
“Ahhhh… kak! Ahhhh…” aku tersengat ketika kurasakan lidahnya mulai menjilati klitorisku.
Akupun semakin terangsang dan tanpa kusadari aku meremas payudaraku sendiri dan menjepit kepala kak Taufik agar tidak terlepas dari vaginaku.
“Mhhh… kak, terus, kak!!” akupun terus merintih tanpa sadar. Dan ketika aku hampir orgasme,
“Ahhh… kak! Aahhh… aku mau, ahhhh…” tiba-tiba kak Taufik berhenti mengoralku.
Akupun hanya bisa diam dengan mata sayu.
“Kak, kok berhenti?” tanyaku penasaran.
“Yah gak papa kan? Ada yang salah?” tanyanya menggoda.
“Lanjutin lagi, kak. Aku udah gak tahan.” kataku.
“Gak tahan apa?” goda kak Taufik lagi.
“Gak tahan, vaginaku udah gatal.” sahutku.
“You must beg me!” katanya.
Akupun berpikir, kenapa aku menjadi sangat rendah seperti ini? Tapi logika ini sudah kalah oleh birahi yang melanda seluruh tubuhku. Akupun berdiri dan berbisik padanya. “Fuck me, please! I can’t stand it anymore!!”
Kak Taufik langsung memelukku, meremas punggungku, dan mengangkat satu kakiku menuju pinggangnya. Dan perlahan, bless!! Masuklah seluruh kejantanannya, menembus seluruh relung vaginaku, memenuhinya hingga ke lubang yang terdalam.
“Ahhh…” rintihku saat dia mulai menggerakan pinggulnya maju mundur, sementara tangannya menahan tubuhku agar tidak terlempar kemana-mana.
“Ahhhh… yes! Fuck me! Fuck me!” aku menjadi semakin gila, dan tanpa sadar meracau seperti kesetanan.
Plok-plok-plok… bunyi kedua kelamin kami yang sedang beradu dengan tempo tinggi. Gesekan kemaluan kami terasa begitu nikmat. Aku menyukainya. Aku ketagihan dengannya. Ingin kunikmati rasa itu lebih lama, namun tiba-tiba aku mendengar suara kaki mendekat ke arah bilik WC. Kak Taufik pun langsung menghentikan goyangannya, tapi tanpa mengubah posisi sama sekali, penisnya tetap menancap telak di lorong vaginaku.
Klik… bunyi suara pintu toilet dibuka, tepat disamping dimana kami berada.Kudengar ada suara air mengalir. Kami menunggu dalam hening, tetap tanpa suara. Namun tiba-tiba kak Taufik menghentakan pinggulnya kembali, meski pelan, tapi tusukan penisnya tepat menyentuh mulut rahimku. “Ahhhmmm… mpphh!!!” akupun mendesah, tapi dengan cepat kak Taufik menutup mulutku dengan telapak tangannya. Aku hanya bisa melotot menatapnya, meminta penjelasan. Namun dia hanya tersenyum dan terus menggerakkan pinggulnya tanpa merasa berdosa. Aku tidak bisa menghentikannya.
“Mmphhh!!!” aku melenguh tertahan dalam dekapan tangannya.
Dia terus menyetubuhiku lebih cepat tanpa memikirkan ada orang disamping ruangan yang kami pakai untuk bercinta ini.
Klik! Terdengar pintu ruangan samping terbuka lagi, dan bunyi air sudah tidak terdengar lagi. Dengan cepat kak Taufik langsung membalik tubuhku menghadap WC dan membuka bongkahan pantatku. Dengan brutal dia memasukkan penisnya dari belakang ke dalam vaginaku.
Clepp, clepp, suara kelamin kami yang saling beradu lagi. Rambutku dijambaknya ke belakang dan tangan kirinya memegang pantatku dengan gemas. “Ahhh… kak! Ahhh… pelan-pelan, kak.” pintaku dengan manja. Namun dia malah makin cepat menggenjot tubuhku.
“Ahhh… kak! Ahh… ahhh!!” aku mendesah sekeras mungkin tanpa peduli ada orang lain yang mendengar.
Setelah puas dengan gaya tersebut, kak Taufik pun duduk di closet dan memangkuku diatas tubuhnya. Dinaikannya rokku hingga ke perut dan dia mulai memasukan penisnya ke liang vaginaku.
“Ahhh!!” dengan sekali usaha, seluruh batangnya masuk ke dalam lubang vaginaku.
Seperti biasa, mula-mula dengan lembut dia mulai menggerakkan pinggulnya ke atas bawah.
“Ahhh… yes! Like this, kak! Ahh… softly! Ahhh…” desahku pelan. Namun belum sampai satu menit aku menikmatinya, dia sudah menaikkan tempo dengan sangat cepat.
“Ahhh… kak, pelan-pelan, kak! Ahhh…” mulutku memohon lembut, namun tubuhku sudah terangsang berat hingga tanpa sadar aku malah menaik-turunkan badan dengan cepat.
“Ahhh… kak! You… ahh, like… ahhh, this?” ceracauku dengan keras.
“Yes, honey. Yes, do it faster!!” pinta kak Taufik sambil meremas-remas pantatku.
Kamipun menggenjot dan menggerakkan tubuh semakin cepat. Ketika aku sudah hampir orgasme, tiba-tiba terdengar lagi suara kaki mendekat. Kali ini kudengar ada dua orang karena mereka seperti sedang membicarakan sesuatu. Akupun langsung diam, tubuhku bagaikan dipaku di atas tubuh kak Taufik. Namun lain aku, lain pula kak Taufik. Ia tetap menggerakkan pinggulnya untuk mengguncang tubuhku. Tapi kali ini dia mengunci mulutku dengan mulutnya.
“Mppphh! Mpphhh!” desahku tertahan oleh ciumannya.
Tangannya tidak tinggal diam, diremasnya pantatku dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memilin putingku secara bergantian.
“Mppphhh! Ahhhhh!!” kami terus saling adu kelamin dan adu lidah tanpa mempedulikan sekitar, karena tidak lama kemudian kudengar dua orang itu sudah melangkah menjauh dari kamar kecil. Kami kembali bebas.
Kak Taufik langsung melepaskan ciumannya dan kembali mencupang leherku yang jenjang. Diciuminya batang leherku sambil digigit-gigitnya kecil sehingga meninggalkan bekas.
“Ahh… kak. Iya, kak, fuck me harder! Ahhh…” aku semakin menggila karena kurasakan vaginaku mulai berkedut kencang.
“Ahhh… fuuucckk mee… ahhhh!! Ahhhh!!” akupun orgasme tak lama kemudian.
Cairanku menyembur deras memenuhi lubang memekku. Namun kak Taufik tetap terus menggenjot tubuhku. Dia tampak tidak peduli dengan lorong vaginaku yang semakin basah dan membanjir. Aku yang kelelahan hanya bisa bersandar ke arah tubuhnya, mengikuti segala pergerakannya sambil sesekali mendesah atas sisa-sisa orgasme yang masih melanda.
Melihatku yang sudah lemas, kak Taufik langsung melepaskan penisnya dan menyuruhku untuk jongkok di depannya. Aku sudah mengerti maunya. Akupun jongkok dan mengelus batang penisnya yang masih tampak tegak dan basah karena terkena cairan kewanitaanku. Kupijit kepala penisnya sambil sesekali mengocok batangnya.
“Yes, honey. You get it, ahhhh…” desah kak Taufik keenakan saat penisnya kukocok dan kuciumi.
Akupun mulai menjilatinya, dari ujung kepala hingga ke pangkal buah zakarnya.
“Ahhh… yess, do it now!!” desah kak Taufik.
Akupun mulai memasukkan penis tersebut ke mulutku dan menjilat seluruh batangnya. Kugerakkan benda itu keluar masuk dengan cepat.
“Ahhh… baby, do it faster! Ahh… faster!” erang kak Taufik, hampir orgasme.
Dan kulakukan teknik deepthroat yang pernah dikasih tahu temanku. Kumasukkan seluruh batang penisnya sedalam mungkin. Akupun hampir tersedak, namun kak Taufik menahan kepalaku. Saat itulah, kurasakan penisnya makin membesar dan berkedut-kedut kencang.
“Mpphhh! Mmphhh!” bunyi dengusanku yang tertahan penis. Dan selanjutnya,
“Ahhhhhhhh… swaloww it, ahhh… babe!!!” kak Taufik pun mengejang dan orgasme.
Ia menumpahkan seluruh isi penisnya ke dalam mulutku. Aku merasa semakin sesak karena mulutku semakin penuh oleh penis dan spermanya. Dengan terpaksa aku telan semua spermanya kalau tidak ingin tersedak.
Tak lama kemudian, saat semua spermanya sudah menetes keluar, kak Taufik pun melepaskan penisnya yang mulai mengkerut mengecil.
“Hahhh!!” suaranya terdengar lega seperti musafir yang mendapat minum setelah melewati gurun pasir yang sangat panas.
“Rasanya asin, kak!” gerutuku.
“Hmm, asin ya? Tapi enak kan?” tanya kak Taufik.
“Iya sih, tapi lain kali jangan dipaksa gitu dong.” jawabku cemberut.
“Iya-iya, adekku sayang. Lain kali nggak kaya gini lagi kok.” balas kak Taufik sambil mencubit pipiku.
Kami pun berpakaian kembali. Aku keluar lebih dahulu untuk melihat situasi, setelah kurasa aman, aku bbm kak Taufik.
“Kak, kondisi aman. Buruan keluar.”
Kak Taufik keluar dengan wajah yang datar, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Setelah keluar bioskop, kamipun menuju basement dan mencari mobil jazz merah kepunyaan kak Taufik. Dalam perjalanan pulang, kami mengobrol.
“Kak, kalo tadi kita ketauan gimana ya? Padahal tadi kan banyak orang yang masuk?” tanyaku.
“Kalo ketahuan yah paling dibawa ke security, terus kita diarak deh keliling mall, kan seru tuh. Haha!” balas kak Taufik.
Akupun mencubitnya karena agak jengkel dengan jawabannya. Dia mengantarkanku hingga depan halaman rumahku.
Setelah berminggu-minggu berhubungan dengan kak Taufik tanpa kejelasan, akupun mulai bosan dan merasa hanya dimanfaatkan saja. Tubuhku hanya diinginkan ketika dia mau. Bahkan pernah ketika sehabis melakukan seks, dia memfoto tubuh bugilku dan membagikan kepada teman-temannya. Aku merasa jengkel dan ingin memberitahunya, namun ketika kuhubungi, dia tidak membalasnya. Tapi ketika dia ingin melakukan seks denganku, dia terus menghubungiku.
Dan ketika aku berkata malas, dia mengancam akan menyebar luaskan foto tersebut ke seluruh siswa di sekolah. Akupun hanya bisa menurutinya karena tidak mau reputasiku hancur di sekolah. Aku masuk kategori 10 cewek tercantik di sekolah dengan banyak prestasi. Jadi aku terpaksa mengikuti kemauannya karena dia juga orang yang kusuka.
Sama seperti siang ini, ketika aku pulang sekolah. Saat itu aku sedang ada ekskul teater dan kak Taufik juga sedang ekskul paskibra. Tiba-tiba hapeku berdering tanda bbm masuk.
“Ken, nanti kakak tunggu di depan gerbang setelah selesai ekskul. Ada yang mau kakak omongin.” isi pesan kak Taufik.
Akupun berpikir sejenak karena aku tahu pasti kak Taufik ada maunya kalo menghubungiku, tapi aku juga ingin membicarakan tentang foto bugilku yang disebar ke teman-temannya. Akupun membalas bbmnya, “Oke, kak. Aku juga mau ngomong sesuatu sama kakak.”
Ekskul teater pun dibubarkan karena latihan sudah selesai. Latihan hari ini cukup melelahkan juga sampai sampai bajuku basah oleh keringat, sehingga bra hitamku terlihat dari luar karena aku hanya memakai baju kaos putih polos yang ketat, sedangkan untuk bawahan, aku tetap memakai rok abu-abuku yang pendek. Aku pun langsung menuju pintu gerbang sekolah dan menghampiri kak Taufik yang sudah menunggu disana.
“Aduh, Niken, kok pakaiannya begitu sih? Gak baik tau,” ucap kak Taufik sok perhatian.
“Gak papa kok, kak. Tadi abis latihan terus males ganti lagi.” jawabku.
“Oh, ya udah. Yuk masuk ke mobil kakak.” ajaknya.
Akupun masuk ke dalam mobil Jazz merah tersebut dan tak tahu mau dibawa kemana. Di dalam perjalanan, kami seperti orang yang tidak saling kenal. Kami hanya diam dengan pikiran masing-masing karena aku masih jengkel kepadanya. Aku hanya sibuk mengutak-atik handphoneku dan kak Taufik fokus menyetir. Tak lama kemudian, mobil pun tiba di rumah kak Taufik dan langsung dimasukkan ke garasi. Aku turun dan langsung disuruh masuk ke rumahnya.
“Duduk disini dulu ya, anggap aja rumah sendiri. Kakak mau ke kamar sebentar.” Kak Taufik pun pergi ke kamarnya dan aku di ruang tamu.
Di meja terlihat ada sirup satu gelas. Mungkin memang untukku karena akupun sangat haus sekali. Tanpa pikir panjang, aku langsung menenggaknya. Tak lama kemudian, kak Taufik kembali ke ruang tamu dengan masih menggunakan baju seragam. Kamipun mengobrol sebentar. Tanpa kusadari, tubuhku semakin panas dan gerah. Aku rasa ada yang salah dengan minuman tadi. Namun aku mengabaikannya karena aku sudah tak sabar ingin menanyakan tentang foto bugilku. “Kak, aku boleh minta tolong gak?” tanyaku.
“Apa?” sahut kak Taufik.
“Fotoku jangan kasih tau siapa-siapa dong, nanti aku dikiranya cewek murahan.” ucapku.
“Oh itu… iya, kakak juga mau ngomong itu. Kalo kamu mau liat file aslinya, ada di komputer kamar kakak. Kamu liat aja dulu fotonya, habis itu terserah mau dihapus atau enggak. Kakak mau ke kamar mandi dulu.” jawab kak Taufik sambil meninggalkanku.
Tubuhku rasanya semakin menggila. Mungkin minuman tadi sudah dikasih obat perangsang, tapi aku tidak peduli. Aku langsung masuk ke kamarnya dan mencari file fotoku di komputer kak Taufik yang sudah menyala. Aku ingin menghapusnya dan berharap tidak ada copy-annya lagi. Namun ketika sedang mencari foto tersebut, tiba-tiba ada kedua tangan memegangi tanganku dari belakang. Ketika aku menoleh untuk mengetahui tangan siapa itu, pemiliknya langsung melumat bibirku.
“Mpphhh!!” desahku tertahan.
Ternyata itu kak Taufik. Akupun langsung membalas ciumannya karena aku juga sudah sangat terangsang. Kami berciuman dengan sangat ganas dan panas. Namun setelah beberapa saat, aku kemudian melepaskan ciumannya.
“Kak, jangan sebar foto aku lagi ya. Aku mau kok ngapain aja asal rahasia kita jangan ada yang tau.” aku berkata kepada kak Taufik.
“Iya, Niken sayang. Kakak janji kok gak akan sebarin lagi.” balasnya singkat dan langsung menciumku lagi.
Dibaliknya tubuhku dan dipeluknya dengan erat hingga kini kami saling berhadapan berpelukan dengan lidah yang saling menghisap dan membelit. Bunyi kecap lidah kami sangat jelas terdengar. Sambil tetap berciuman, kak Taufik menggendongku menuju ke ranjangnya. Aku yang sudah terangsang hanya bisa pasrah saja. Ditidurkannya aku di kasurnya yang luas tersebut. Diciuminya aku satu persatu, mulai dari kuping hingga leherku.
Aku mulai mendesah pelan. “Ahhh… Kak!” Kak Taufik terus menjelajahi tubuhku dengan mulutnya. Dibukanya kancing seragamku satu persatu. Diciuminya dadaku yang masih terbungkus oleh bra merah.
“Hmmm… kak, hmmm…” akupun terus mendesah.
Lalu tangan ka taufik meremas payudaraku. Dibukanya kaitan bra yang memang berada di depan. Dan dia mulai kembali menciumi payudaraku lagi.
“Ahhhh… kak, ahhh…” Diemutnya putingku bergantian kanan dan kiri, kadang juga digigitnya kecil sampai meninggalkan bekas kemerahan.
Aku yang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, langsung saja membuka rok abu-abuku beserta celana dalamku.
Melihat hal tersebut, kak Taufik juga membuka seluruh pakaiannya dan memamerkan tubuh berototnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku pun dengan sigap membuka bibir dan memasukkan benda itu ke dalam mulutku. Kukulum penisnya dengan penuh nafsu. Kulakukan gerakan lembut dengan lidahku sambil mataku menatap ke arah kak Taufik yang sedang merintih keenakan. Kujilat ujung kemaluannya dengan lidahku sambil kadang kugesekkan ke gigi-gigiku.
“Ahhh… yes, like this, honey! Ahh… holy shit!!” desisnya saat lama-lama kulumanku menjadi semakin cepat.
Kumaju mundurkan kepalaku hingga dia merintih tak tahan. Kak Taifuk pun memegangi kepalaku dan ikut memaju mundurkan pinggulnya.
“Ahhhh… iya, terus! Bentar lagi kakak keluar!!” lenguhnya.
Akupun semakin semangat memblowjobnya, hingga tak lama kemudian kurasakan lahar panas memenuhi mulutku.
“Ahhhh… yes, swallow it!!” kak Taufik tetap menahan kepalaku, mau tak mau akupun harus menelan sperma tersebut.
Aku kira semua ini akan berakhir cepat karena kak Taufik sudah orgame, namun ternyata dugaanku salah. Dia melepas kepalaku dan mengeluarkan penisnya yang terlihat masih tetap tegang. Dengan kasar, dia pun mengatur posisi untuk menyetubuhiku. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan dia mengambil posisi tepat di tengah-tengah diantara kedua pahaku. Dia siap untuk melakukan penetrasi. Dengan sekali percobaan, seluruh batang kejantanannya langsung masuk ke dalam liang vaginaku. Ditusuknya vaginaku dengan tempo pelan untuk menyesuaikan diri.
“Ahhh… kak, ahhh… yes! Slowly!” akupun mulai mendesah pelan.
Kedua tangannya meremas kedua payudaraku dan mulutnya mencupang leherku.Tubuh kami semakin menyatu dan tempo genjotan kak Taufik makin lama semakin cepat.
“Ahhh… kak, ahh… ahh… ahhh…” desahku terputus-putus mengikuti irama tusukan penisnya.
Ketika sudah bosan dengan posisi ini, dia mengangkat kakiku yang jenjang ke pundaknya. Tangannya tetap meremas kedua bongkahan payudaraku.
“Niken, ahh… you’re ahhh… so ahhh… sexy ahhh…” pujinya sambil terus memompa tubuhku dengan cepat. Aku yang disetubuhinya hanya bisa merem melek keenakan sambil ikut mendesah.
Saat itulah, pas lagi enak-enaknya, tiba-tiba pintu kamar kak Taufik terbuka.
“Surprise!”
Ternyata dua orang teman kak Taufik masuk dan salah satunya ada yang membawa handycam. Akupun langsung berontak dan mencoba melepaskan diri. “Apa-apan ini? Kak, lepaskan aku!!” teriakku. Namun kak Taufik malah semakin cepat memompa tubuhku dan tangannya sudah memegang kedua tanganku.
“Tenang aja, Niken. Kakak cuma mau buat kenang-kenangan kok sebelum kakak lulus.” bisiknya.
Akupun sontak kaget dan langsung melototkan mataku ke arah kak Taufik. ”Kakak gila!” umpatku.
“Sst… gak usah kaya gitu. Kakak tau kok kamu juga lagi horny kan?” tuduhnya.
Ya, aku akui itu. Bahkan, bukannya berusaha kabur, aku malah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Dan yang lebih aneh lagi, tubuhku terasa semakin horny, mungkin karena pengaruh minuman yang dikasih kak Taufik.
Melihat keadaanku yang hanya pasrah di bawah tubuh kak Taufik, teman-temannya yang memegang handycam mendekatiku dan segera merekam aksi persetubuhanku dengan kak Taufik.
“Gila, Fik. Seru juga nih ya. Ini kan adek kelas yang diincar semua lelaki di sekolah kita? Kok lo bisa sih?” ucap temannya yang memegang handycam.
Kak Taufik tidak menjawabnya, dia terus fokus memompa tubuhku. Sementara teman yang satunya sudah mulai melucuti pakaiannya sendiri. Terlihat badannya yang kekar dan penisnya yang ukurannya hampir sama dengan punya kak Taufik menegang sempurna. Tanpa pikir panjang, dia langsung menghampiriku dan mengarahkan penisnya ke mulutku.
Mula-mula aku menolaknya. Aku kunci mulutku agar penisnya tidak masuk. Namun kak Taufik mencubit putingku sehingga dengan refleks akupun berteriak. “Auww!!!” Dengan cepat penis tersebut didorong ke dalam mulutku. Dan saat sudah masuk, kepalaku ditahan olehnya. Dia lalu memaju mundurkan pinggulnya sehingga penisnya seperti menyetubuhi mulutku. Aku yang sudah pasrah terpaksa harus menikmatinya. Kumainkan lidahku melingkari kepala penis tersebut dan kadang kujilati lubang kencingnya.
“Ahh… you become little slut now!” kata teman kak Taufik keenakan sambil matanya merem-melek memandangiku. Sedangkan temannya yang sedang merekam adegan panas ini juga sudah telanjang bulat dan mengocok penisnya sendiri.
Kak Taufik dan temannya tiba-tiba mengentikan gerakannya. Lalu kak Taufik melepaskan penisnya dan membantuku bangun. Sekarang dia pindah ke belakang, sedangkan temannya yang penisnya tadi kukulum, pindah ke depan dan mengambil posisi tiduran. Aku mengerti apa yang diinginkan oleh mereka. Dengan perlahan, aku menaiki tubuh teman kak Taufik dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.
Blessss!!!
Masuklah benda coklat panjang itu dengan sekali hentakan. Vaginaku rasanya begitu nyeri dan penuh. Tanganku segera bertumpu pada dadanya yang bidang saat aku mulai menggoyangkan tubuhku.
“Ahh… ahhhh… ahhh… ahhh…” aku mendesah, semakin lama gerakanku menjadi semakin liar.
Aku seperti coboy yang lagi mengendarai kuda. Bedanya, yang ini kudanya adalah manusia dan aku bertumpu pada penisnya. Teman kak Taufik memelukku sehingga kini dada kami saling menyatu. Aku cium bibirnya dan dibalas dengan lidahnya yang memasuki rongga mulutku.
Tiba-tiba kurasakan benda tumpul menggesek lubang anusku. Aku berusaha menoleh ke belakang, namun kepalaku tetap ditahan agar ciuman kami tidak terlepas. www.filmbokepjepang.net Kurasakan benda itu mulai memasuki anusku secara perlahan. Sangat perih karena ini untuk yang pertama kalinya. Setelah ciuman kami terlepas, barukah aku tahu ternyata kak Taufik lah yang sedang berusaha memperawani lubang Anusku. Belum sempat aku memohon agar dia tidak melanjutkan, kak Taufik dengan sekali hentakan yang kencang menusukkan penisnya. Dia berhasil menerobos lubang anusku!!!
“Ngghhhhhh…!!” akupun menjerit menahan sakit, mulutku membuka membentuk huruf O.
Namun belum selesai penderitaanku, tiba-tiba sebuah penis sudah memasuki lubang mulutku, memaksaku untuk diam.
“Mhhhhmpph!!!”
Ternyata teman kak Taufik yang memegang handycam yang melakukannya. Ia mengarahkan handycam-nya tepat ke wajahku. Di-zoom nya wajahku yang sedang kepayahan mengulum penisnya sambil merintih keenakan. Aku yang sudah terbawa nafsu, menatap handycam tersebut dengan wajah yang sayu. Oh tidak, inikah yang dinamakan gangbang? Sangat menyiksa namun begitu nikmat.
Mereka bertiga terus melakukan aktifitasnya. Tangan mereka pun bekerja semua. Ada yang meremas payudaraku, memukul pantatku dan memegang kepalaku. Tiba-tiba penis yang ada di mulutku kurasakan semakin membesar, mungkin akan mengeluarkan spermanya. Segera kulakukan deepthroat agar penis tersebut segera menyemburkan isinya. Namun teman kak Taufik menarik penis tersebut keluar. Diambilnya tanganku dan disuruhnya aku untuk mengocoknya. Aku pun melakukannya menghadap ke mukaku sambil kutoleh handycam dan mendesah, “Ohhh… yess, a little harder, guys! Ahh… little harder!” aku merintih kesetanan.
“Ahh… come on, faster! Ahh… kocok yang cepet! Aahhh…” pinta teman kak Taufik yang hampir menjelang orgasme.
Lalu… Crooot! Crooot! Crooot! keluarlah semua isi penis tersebut, mengenai tepat di wajah serta rambutku. Aku pun terus mengocoknya sampai penis tersebut mengkerut kecil. Lalu kumasukkan lagi ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa sperma yang masih ada. Aku sudah sangat terbawa oleh nafsu dan tidak menggunakan akal sehat lagi.
Setelah itu teman kak Taufik pun mundur dan melanjutkan merekam persetubuhan dua pria dengan satu wanita. Aku yang dihimpit dua pria serta dua penis yang menusuk lubang kemaluan dan anusku, hanya bisa mendesah keenakan. Rasa perih, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Setelah cukup lama, tiba-tiba kurasakan vaginaku berdenyut.
“Ahhh… come on ahh… aku udah gak kuat lagi, kak!” aku meracau seperti kesetanan. “Ahhhh… kak, I’m cuming! I’m cuming! Ahh… yess ahh… fuck! Ahhhh…” akupun orgasme untuk pertama kalinya. Tubuhku langsung lemas dan mereka juga berhenti menggoyangkan pinggulnya.
Tapi belum sempat aku beristirahat, tiba-tiba teman kak Taufik mengambil posisi di belakangku dan kak Taufik pindah ke depan. Teman kak Taufik mengambil posisi duduk dan menarik tubuhku untuk dipangkunya. Penisnya yang besar mencoba menerobos anusku lagi. Mungkin karena sudah diperawani oleh kak Taufik jadi tidak terasa terlalu perih.
“Nggghhhh!!” kami berdua melenguh saat penis dan anus kami menyatu. Dia langsung menidurkan dirinya dan diriku sehingga aku sekarang telentang di atas tubuhnya, dengan penisnya ada di dalam anusku.
Kak Taufik membuka lebar pahaku dan memasukan penisnya ke dalam vaginaku. Dengan sekali hentakan, ambles lah seluruh batang kemaluannya ke dalam vaginaku. Oh, God! Aku akan di gangbang lagi. Kedua pria tersebut menggerakan pinggulnya masing-masing. Aku hanya bisa mendesah dengan muka pasrah dan penuh sperma. Aku tatap kamera sambil menggigit bibir bawahku agar terlihat lebih menggoda.
“Ahhh… yes, ahh… fuck me harder!” aku meracau tidak jelas karena kedua penis tersebut terus menggali kedua lubangku.
Tiba-tiba kak Taufik semakin mempercepat kocokannya dan kurasa dia akan segera keluar.
“Ahhh… ahhh… kakak mau keluar!” Dia terus memompa tubuhnya semakin cepat.
Akupun juga merasa akan orgasme. Kurasakan penis kak Taufik semakin membengkak dan dinding-dinding vaginaku juga mulai berdenyut kencang. “Aaahhhhhhhhhh… ahh… ahhhhhh!!” desahku panjang tanda orgasme. Kak Taufik juga keluar dan menumpahkan spermanya ke liang vaginaku. Temannya yang sedang memompa anusku pun berhenti untuk membiarkan aku untuk merasakan detik-detik orgasme yang aku alami.
Cairan kental keluar dari liang vaginaku. Air mani kak Taufik dan cairan orgasmeku meleleh bersatu keluar bagaikan sungai karena begitu banyaknya. Kak Taufik yang sudah orgasme melepaskan penisnya dan mendekatkan kembali ke wajahku. Aku langsung saja memegang batang yang sudah loyo itu dan memasukkannya ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa spermanya yang masih ada.
Setelah sedikit istirahat, teman kak Taufik yang penisnya masih berada di anusku mulai menggerakkan pinggulnya kembali. Namun aku sudah sangat lelah hingga aku memohon untuk berhenti. “Kak, aku sudah capek. Nanti lagi ya?” pintaku dengan suara lirih.
“Tanggung, kakak juga udah mau keluar nih. Lanjutin aja dulu bentar. Sekarang kamu ganti posisi ya,” sahutnya.
Aku yang sudah sangat lelah langsung berinisiatif berdiri dan membalikkan tubuhku menghadap dirinya. Dia tetap tiduran. Aku mulai menurunkan pinggulku menuju penisnya. “Nghhhhhhh!!!” Dengan mudah penisnya masuk ke lubang vaginaku. Akupun langsung menaik-turunkan tubuhku dengan cepat agar dia cepat orgasme dan mengakhiri ini semua.
“Ahhh… yes, ahhh… yess!” erangku yang sudah kesetanan.
Kedua tanganku meremas kedua payudaraku sendiri untuk menambahkan nikmat yang tiada tara ini.
“Iya, ahh… begitu, ahh… Niken, ahhh… terus, ahhhh…” dia memerintahku untuk terus memompa diriku sendiri.
“Ahhh… kak, ahhh… do you like it, baby?” aku menggodanya tanpa menurunkan tempo.
Tubuhku terus bergoyang naik turun menikmati persetubuhan yang sangat melelahkan ini. Vaginaku mulai berdenyut lagi. Kurasa aku hampir orgasme untuk yang kedua kalinya.
“Ngghhhh… kak, aku ahhh… mau keluar!” jeritku.
“Iya, terus goyangin badan kamu!”
“Aku keluarrrr… agghhhhhhh!!!”
“Kakak juga, ahhhhhhhhh…”
Kamipun orgasme secara bersamaan. Dia melepaskan seluruh spermanya ke dalam vaginaku sehingga ketika aku berdiri untuk melepaskan penisnya, spermanya yang bercampur dengan cairan vaginaku menetes melalui pangkal pahaku.
Setelah kurang lebih tiga jam aku disetubuhi, akupun mandi di rumah kak Taufik untuk menghilangkan bau sperma dan keringat kakak kelas yang ada di tubuhku. Setelah selesai mandi, aku pun meminta kak Taufik untuk memenuhi janjinya untuk tidak menyebarkan video tersebut. Ya, untuk terakhir kalinya aku melakukan hal ini dengan kak Taufik karena ia sudah lulus dan melanjutkan kuliah di luar negeri, sedangkan aku masih harus dua tahun lagi untuk meluluskan sekolah SMA-ku ini. www.filmbokepjepang.net